A. Hijrah ke Habsyi yang Pertama
Pada bulan
rajab tahun ke 5 kenabian, berangkatlah rombongan kaum muslimin ke Habsyi.
Mereka membawa harapan yang besar bahwa di Habsyi akan terlindung dari
penderitaan yang disebabkan oleh kekejaman kaum kafir Quraisy. Rasulullah saw
berpesan agar kaum muslimin tinggal di Habsyi sampai Allah swt memberi jalan
keluar dari penderitaan yang menimpa kaum muslimin.
Kedatangan
kaum muslimin diterima dengan baik oleh raja Negus dan keselamatan mereka
dilindungi, sehingga mereka merasa hidup dengan aman. Berbeda dengan di Mekah,
di Habsyi kaum muslimin diperlakukan dengan baik. Penduduknya ramah-ramah dan
rajanya benar-benar melindungi mereka. Mereka pun bebas menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama islam tanpa harus ketakutan disiksa dan dianiaya.
B. Hijrah ke Habsyi yang Kedua
Kepergian
umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat dari
raja Nejus. Mereka diberi kebebasan untuk menjalankan ibadahnya dan boleh bebas
memilih ingin tetap tinggal di Habsyi selamanya atau tidak. Rupanya kebaikan
hati raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan
dan terus berusaha untuk menghambat gerak langkah perkembangan Islam dengan
berbagai cara. Untuk itu, orang-orang kafir Quraisy mengirim ‘Amr bin ‘Ash dan
Abdullah bin Rabiah menghadap raja Nejus dengan harapan permintaan mereka kali
ini untuk mengirimkan kembali para muhajirin mendapat sambutan positif dari
raja Nejus.
C. Misi ke Thaif
Tatkalah
Rasulullah SAW melihat penghinaan Quraisy kepada beliau, berhijralah ke Thaif
dalam tahun kesepuluh bersama Zaid bin Haristah. Rasulullah SAW memutuskan
untuk menyiarkan agama islam ke Thaif dengan alasan Untuk memperluas wilayah
dakwah islam. Setelah sepuluh hari berdakwah di Thaif, tak satu pun penduduk
Thaif mau menerima ajaran islam. Rasulullah SAW diusir dan dilempari batu
hingga terluka. Walaupun mendapat perlakuan yang buruk dari penduduk Thaif,
namun Rasulullah SAW tidak marah dan mendendam. Nabi Muhammad SAW membalas
perbuatan kaum kafir Quraisy tersebut dengan berdoa kepada Allah agar penduduk
Thaif diberi petunjuk olehnya.
D. Kunjungan Jamaah Yatsrib ke Mekah
Hinaan dan
siksaan yang diterima Nabi Muhammad dan kaum muslimin semakin berat, Nabi Muhammad
memandang bahwa Mekah tidak dapat diandalkan lagi sebagai basis utama
penegakkan dakwah.
Nabi
Muhammad bertemu dengan enam pemuda dari Yatsrib, beliau menyampaikan ajaran
agama Islam kepada mereka. Kemudian Nabi Muhammad menanyai enam pemuda
tersebut, apakah mereka berkenaan menampung dan melindungi Nabi, seandainya
mereka pindah ke tanah mereka, yaitu Yasrib. Akan tetapi mereka belum berani memberikan jaminan
keselamatan bagi nabi Muhammad dan pengikutnya.
E. Perjanjian Aqabah 1
Tahun 621 M,
nabi Muhammad menemui 12 rombongan jamaah haji yang berasal dari Yatsrib.
Pertemuan berlangsung di bukit Aqobah, dan menghasilkan perjanjian Aqabah.
Adapun isi perjanjian Aqabah :
1.
Menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW.
2.
Menyatakan rela berkorban harta dan jiwa.
3. Bersedia
ikut menyebarkan agama islam yang dianutnya.
4.
Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah SWT dengan suatu apapun.
5.
Menyatakan tidak akan membunuh tanpa hak.
6.
Menyatakan tidak akan melakuakan kecurangan dan kedustaan.
Nabi
Muhammad mengutus Mush’ab bin Umair untuk membantu penduduk dalam mendakwahkan
ajaran islam.
F. Perjanjian Aqabah 2
Terjadi
tahun 622 M, 73 jamaah haji kembali ke Yatsrib,
dan mereka meminta Nabi Muhammad untuk datang ke kota mereka supaya
bersedia memberikan pengajaran tentang ajaran agama Islam. Isi perjanjian
Aqabah yang kedua, yaitu :
1. Penduduk
kota Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad SAW.
2. Penduduk
kota Yatsrib turut serta berjuang membela agama Islam dengan harta dan jiwa
mereka.
3. Penduduk
kota Yatsrib ikut berupaya memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada kerabat
mereka.
4. Penduduk
kota Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan yang akan dihadapi.
Komentar
Posting Komentar